Pemikiran Confusius Tentang Kebahagiaan Manusia


Cina merupakan suatu negara besar di dunia, terkenal dengan kebudayaan dan filsafatnya. Ajaran filsafatnya hingga sekarang masih hangat diperbincangkan dan diperdebatkan, dalam filsafat cina banyak sekali aliran-aliran yang membicarakan masalah mengenai hubungan antara manusia dengan alam. Pada dasarnya manusia berada dalam harmoni dengan alam dan seluruh tata dunia yang ada untuk mencapai suatu hubungan yang harmoni maka setiap manusia harus mampu mengusai dan mengkontrol dirinya seperti yang diajarkan oleh aliran-aliran yang ada dari Cina seperti Confucianisme. Berikut ini akan di bahas tentang Pemikiran Confusius tentang Kebahagian Manusia.

Confisius lahir pada tahub 551 SM. di Negara keci Lu, yang terletak di suatu daerah yang kini disebut sebagai provinsi Shantung. Ia harus mencari nafkah sendiri dalam pekerjaan yang sedikit bersifat perbudakan. Ia merasa bahwa dunia ini telah rusak susunannya scara menyedihka, dan perlu sekali dilakukan perubahan-perubahan secara besar-besaran
Confusius bukan seorang yang menganut pasifisme. Ia berkeyakinan bahwa meskipun patut di sesalkan, namun ada masa-masa yang mengharuskan digunakannya kekerasan oleh manusia-manusia yang bermoral. Tetapi ia memandang kekerasan sebagai sarana penyelamatan terakhir, dan suatu sarana yang harus tunduk, tidak hanya dalam idaman, melainkan secara nyata-nyata kepada kekuasaan keadilan.
Ajaran utama Confucius menekankan cara menjalani kehidupan yang harmonis dengan
mengutamakan moralitas atau kebajikan. Seseorang dilahirkan untuk menjalani hubungan tertentu sehingga setiap orang mempunyai kewajiban tertentu. Sebagai contoh, kewajiban terhadap negara, kewajiban terhadap orang tua, kewajiban untuk menolong teman, dan suatu kewajiban umum terhadap kehidupan manusia.

Confucius dikenal juga sebagai guru pertama di Tiongkok yang memperjuangkan tersedianyapendidikan bagi semua orang, dan menekankan bahwa pendidikan bukan hanya sebagai suatukewajiban semata-mata, melainkan suatu cara untuk menjalani kehidupan ini.
Beliau mempercayai bahwa semua orang dapat menarik manfaat dari hasil pengolahan diri dalam belajar.  Beliau mengabdikan seluruh hidupnya untuk belajar dan mengajar dengan tujuan meningkatkan dan mengubah kehidupan sosial saat itu. Confucius juga memperkenalkan suatu program ajaran moralitas atau kebajikan untuk para calon pimpinan negara, membuka peluang belajar bagi semua orang, dan mendefinisikan kegiatan belajar tidak hanya berdasarkan penguasaan pengetahuan semata-mata, tetapi juga membentuk moralitas atau kebajikan seseorang.
Confusius memakai istilah li untuk menggambarkan keseluruhan  kebisaan serta langgam sosial, yang diberinya juga pengertian pertambahan moral. Konsep li luar biasa penting dalam rencana pendidikan Confisius.
Filsafat  Confusius yang paling penting adalah untuk mengingat bahwa baginta tao bukan sesuatu yang mistik. Tao adalah “Jalan”. Tujuan yang hendak dicapainya adalah kebahagiaan dalam hidup ini, disini dan kini, untuk segenap manusia. Meskipun dalam kenyataannya ia tidak mendasarkan filsafatnya atas kepercayaan-kepercayaan keagamaan atas dogma khusus mengenai hakekat terdalam alam semesta, namun ia berhasil mengilhami sejumlah besarorang yang bersedia untuk mengabdikan diri sepenuhnyakepada cita-cita yang diajarkannya.
Confusius lebih dekat kepada hal-hal kongkret. Kenyataan bahwa dia sendiri lahir dalam lingkungan yang menyedihkan dan ia sendiri ingin terangkat dari keadaan tertentu. Ia juga melakukan pengamatan sederhana bahwa setip manusia menginginkan kebahagiaan, betapapun berbedanya mereka mnedefenisikan kebahagiaan itu. Karena ia tidak berlatarbelakang sesuatu dogma agama atau filsafat yang menetapkan kebahagiaan, atau hasrat untuk bahagia, sebagai suatu yang buruk, maka ia berpendapat bahwa seharusnya manusia sejauh mungkin memperoleh apa yang ia dambakan. Tetapi ia melihat bahwa sekelilingnya rakyat pada umumnya sama sekali tidak bahagia. Maka dalam hal ini jelas terdapa suatu tujuan: menbahagiakan manusia.
Pemikiran Confucius, banyak membahas bagaimana hidup yang baik bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan. Pemikirannya sering dianggap doktrin agama oleh para pengikutnya. Kebahagiaan dalam ajaran ini adalah meniadakan kebutuhan material dan rasional. Berbeda dengan Aristoteles yang berpendapat, kebahagiaan merupakan tujuan manusia yang dapat dicapai apabila menjalankan fungsi khasnya sebagai makhluk rasional. Manusia akan merasa bahagia apabila ia menjalankan hidup dengan segenap keutamaan rasio.Menurutnya hidup yang sempurna lebih bersifat rasional dan material. Bisa dilihat dari semua hal yang baik seperti kesehatan, kekayaan, persahabatan, pengetahuan, dan kebajikan. Jadi kebahagiaan dalam perspektifnya adalah sesuatu hal yang final dan mencukupi sendiri secara kasat mata. Upaya meraih kebahagiaan merupakan proses terus-terusan mengumpulkan kebaikan, ability, kepandaiaan, kepiawaian, kehormatan, kecantikan dan persahabatan.
Karena kebahagiaan merupakan kebaikan dan manusia biasanya merupakan makhluk sosial. Sudah jelas bahwa setiap orang bekerja untuk kebahagiaan bersama, maka sudah pasti didapati suatu keadaan yang lebih memungkinkan untuk menciptakan kebahagiaan dibanding keadan-keadaan yang lain.

Komentar

Postingan Populer